Makassar, Beritasidrap.com – Falsafah hidup memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan pandangan hidup suatu masyarakat.
Salah satu falsafah yang menggambarkan semangat kerja keras adalah “Resopa Temmangingi Namalomo Naletei Pammase Dewata,” yang berasal dari budaya Suku Bugis.
Pepatah ini mencerminkan keyakinan bahwa dengan kerja keras tanpa henti, seseorang akan mendapatkan kemudahan atau ridho dari Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah.
Falsafah ini mengemuka dari Nene Mallomo, seorang intelektual Bugis yang berasal dari Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan.
Dalam konteks budaya Bugis, kerja keras dianggap sebagai landasan utama untuk mencapai keberhasilan dalam hidup.
Resopa Temmangingi, yang berarti bekerja keras tanpa henti, menjadi pilar yang memandu langkah mereka dalam mengarungi kehidupan.
Bagi masyarakat Bugis, kerja keras bukan hanya sekadar usaha fisik semata, tetapi juga melibatkan upaya maksimal, kesungguhan, dan dedikasi dalam setiap langkah kehidupan.
Falsafah ini menjadi pedoman moral yang mengajarkan nilai-nilai seperti kemandirian, ketekunan, dan keuletan.
Masyarakat Bugis meyakini bahwa dengan menanamkan semangat ini, seseorang dapat menghadapi segala tantangan hidup dengan tangguh dan pantang menyerah.
Pentingnya ridho Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah, dalam pepatah ini mencerminkan spiritualitas yang dalam dalam budaya Bugis.
Masyarakat Bugis meyakini bahwa hasil keras kerja seseorang tidak hanya ditentukan oleh kemampuan dan keahlian semata, tetapi juga oleh berkah dan ridho dari Tuhan.
Oleh karena itu, dalam meniti setiap perjalanan hidup, Bugis meyakini bahwa doa dan ketaatan kepada Tuhan merupakan elemen krusial yang harus senantiasa dijaga.
Falsafah “Resopa Temmangingi Namalomo Naletei Pammase Dewata” bukan sekadar slogan motivasi, tetapi juga representasi nilai-nilai yang diyakini masyarakat Bugis dapat membentuk karakter yang tangguh dan berkualitas.
Semangat kerja keras dan kepercayaan kepada Tuhan menjadi fondasi kuat yang mewarnai setiap aspek kehidupan, dari urusan pekerjaan hingga kehidupan spiritual.
Sebagai warisan budaya yang berharga, pepatah ini memberikan inspirasi bagi generasi Bugis untuk terus berusaha, berserah diri kepada Tuhan, dan meraih kesuksesan dengan penuh keberkahan. ***