Kemendikbud Serahkan Sertifikat Pinisi dari UNESCO  

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI yang diwakili Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Hilmar Farid, menyerahkan sertifikat pengakuan Pinisi sebagai Warisan Dunia Takbenda dari UNESCO kepada Gubernur Sulawesi Selatan dan Pemerintah Kabupaten Bulukumba yang diwakili Wabup Bulukumba, Tomy Satria Yulianto, di Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Bontobahari, Kecamatan Bontobahari, Selasa malam, 27 Maret 2018. Masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Bulukumba menyambut baik penyerahan sertifikat pengakuan Pinisi sebagai Warisan Dunia Takbenda dari UNESCO. Wakil Bupati Bulukumba Tomy Satria Yulianto mengatakan, penyerahan sertifikat Pinisi tersebut merupakan momentum yang sangat baik atas peradaban masyarakat Bulukumba. 

Sebuah kehormatan bagi Pemkab dan masyarakat Kabupaten Bulukumba karena Kemendikbud menginisiasi penyerahan sertifikat. “Terima kasih kepada Kemendikbud, terutama pak Dirjen yang telah hadir di Bulukumba, berinteraksi dengan masyarakat Bulukumba yang telah menanti sejak lama pengakuan Pinisi sebagai Warisan Dunia,” kata Tomy Satria Yulianto saat sambutan.

Sebelumnya, Pemerintah RI menerima sertifikat pengakuan Pinisi sebagai Warisan Dunia Takbenda dari UNESCO di pulau Jeju, Korea Selatan, Desember 2017 lalu. Penyerahan sertifikat dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI oleh Hilmar Farid disaksikan Gubernur Sulsel yang diwakili Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulsel, Musaffar Syah, serta sejumlah tokoh pembuat kapal Pinisi. 

“Saya sangat berbahagia mewakili pak menteri, sungguh sesuatu yang sangat mengharukan berdiri bersama para panrita lopi (pembuat perahu), para pelaut tangguh, yang membawa budaya bahari kepada dunia. Kita berkumpul pada malam hari ini, untuk menyerahkan sertifikat pengakuan dunia terhadap warisan budaya kita,” kata Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid. 

Di hadapan tamu undangan serta masyarakat Bontobahari yang menghadiri acara penyerahan sertifikat, Dirjen Kebudayaan, Hilman Farid,  berbicara mengenai mengapa Pinisi dihargai dunia dan dianggap penting oleh dunia. Ia mengatakan, kapal Pinisi dibuat berbeda dengan tehnik yang dibuat oleh orang di Barat (Eropa). 

Orang Barat, kata Hilmar memakai meter, pakai komputer, pakai hitung-hitungan matematika, dan sekolah yang tinggi untuk membikin kapal. Itupun hanya untuk bikin rangka, bikin badan. Orang di sini (Bulukumba) turun temurun membuat kapal dimulai dari bungkusannya dan parung, kemudian baru rangkanya yang dibuat, tanpa buku, tanpa macam hitung-hitungan, dan tanpa komputer. 

“Dan, itulah yang membuat dunia mengakui ini suatu yang menakjubkan bagi dunia. Jadi, mulai hari ini, tidak alasan bagi untuk berkecil hati, bahwa ah, saya ini hanya dari kampung Bontobahari yang ternyata bisa memberikan sumbangan kepada dunia,” pinta Hilmar Farid. 

Meski sudah mendapat pengakuan dunia, namun, Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Hilmar Farid, mengaku mendengar cerita yang agak menyedihkan karena hanya sedikit anak-anak kita yang mau meneruskan tradisi yang mau mempertahankan tradisinya mengenai ilmu yang begitu hebat yang sudah diakui dunia. 

“Saya berpikir bahwa mungkin sudah waktunya untuk melihat Bulukumba sebagai salah satu pusat kebudayaan bahari di Nusantara. Dan, kalau sudah bicara pusat kebudayaan, maka tentunya harus ada institusi kebudayaan, harus ada lembaganya yang mendukung,” terang Hilmar Farid di atas panggung berlatar kapal Pinisi tersebut. 

Terkait dengan dengan rencana penyelenggaraan Festival Pinisi di bulan September tahun ini, Hilmar Farid, memastikan akan mendukung kegiatan tersebut.

“Terakhir, saya titip pesan kepada generasi muda, saya kagum melihat sanggar sanggar seni yang tumbuh, dengan kreatifitas yang luar biasa. Saya berpesan, poros maritim yang dicanangkan Presiden Jokowi, bukan hanya membangun fisik, seperti tol laut, kapal-kapal,  tetapi pembangunan poros maritim tujuan utamanya adalah membangun manusia dan kebudayan. Jagalah terus kebudayaan itu, hidupkan terus sanggarnya, jangan segan datang ke pak Wabup. Tetapi, kalau Wabupnya menyerah datang ke saya. Kita hidupkan sanggarnya agar bisa menyiarkan kebudayaan bahari,” kata Dirjen Kebudayaan Kemendikbudm Hilmar Farid. 

Pada acara tersebut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memberikan penghargaan berupa cinderamata kepada para maestro panrita lopi dan pelaku sejarah pelayaran ke Vancouver Kanada. Sejumlah tokoh hadir pada acara yang dikemas dalam pesta rakyat tersebut seperti mantan Dirjen Kebudayaan Kacung Maridjan sekaligus tim pengusul Pinisi ke UNESCO, Mukhlis PaEni (Sejarawan dan tim pengusul), dan peneliti asal Jerman yang sudah tinggal di Indonesia Horst H Liebnerd, serta tamu undangan lainnya dari Kementerian Luar Negeri, dan lembaga ANRI