Yaman, Beritasidrap.com – Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menyatakan keprihatinan atas serangan Israel ke Yaman.
Hal itu dikatakan Guteres atas laporan serangan udara Israel di dan sekitar pelabuhan Hodeidah di Yaman.
“Laporan awal menunjukkan beberapa korban jiwa dan lebih dari 80 orang terluka akibat serangan itu, dengan kerusakan signifikan pada infrastruktur sipil. Sekretaris Jenderal mendesak semua pihak untuk menghindari tindakan yang dapat merugikan warga sipil dan merusak infrastruktur sipil,” demikian pernyataan juru bicaranya.
Guterres juga tetap sangat prihatin dengan potensi eskalasi lebih lanjut di kawasan dan terus mendesak semua pihak untuk menahan diri sepenuhnya.
Serangan Israel menargetkan fasilitas penyimpanan minyak dan pembangkit listrik di Hodeidah pada hari Sabtu, menyebabkan kebakaran.
Kementerian Kesehatan Yaman melaporkan tiga kematian dan 87 luka-luka akibat serangan udara tersebut.
Dewan Politik Tertinggi Yaman berjanji untuk menanggapi serangan terhadap kota pelabuhan Hodeidah di Laut Merah, dengan menyatakan, “Agresi ini tidak akan berlalu tanpa tanggapan yang efektif terhadap musuh.”
Mohammed Abdulsalam, juru bicara Ansarullah Yaman, mengatakan “agresi brutal Israel terhadap Yaman” bertujuan untuk “menekan Yaman agar berhenti mendukung Gaza, yang merupakan mimpi yang tidak akan menjadi kenyataan.”
Brigadir Jenderal Yahya Sare’e, juru bicara Angkatan Bersenjata Yaman, menyatakan pada hari Sabtu bahwa militer Yaman tidak akan ragu untuk menyerang “target vital” di wilayah yang diduduki Israel.
Serangan Israel tersebut menyusul serangan pesawat tak berawak oleh militer Yaman di kota pesisir Tel Aviv di wilayah yang diduduki Israel pada tahun 1948.
Yaman secara terbuka mendukung perjuangan Palestina melawan pendudukan Israel sejak rezim tersebut melancarkan perang dahsyat di Gaza pada 7 Oktober.
Angkatan Bersenjata Yaman telah berjanji untuk melanjutkan serangan mereka sampai serangan darat dan udara Israel di Gaza, yang telah menewaskan sedikitnya 38.919 orang dan melukai 89.622 lainnya, berakhir.
“Suatu kehormatan dan berkah besar untuk menghadapi Amerika secara langsung,” kata Pemimpin Revolusi, Sayyed Abdulmalik al-Houthi dikutip dari situs Al Masirah TV. ***